Senin, 11 April 2011

RUH

RUH ditiupkan pada jasad ketika Pada hari ke 120 pertumbuhan janin,dijelaskan Dalam sebuah hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw menjelaskan bagaimana ruh ditiupkan pada setiap janin manusia. “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan ciptaannya dalam rahim ibunya, selama empat puluh hari berupa nuthfah, lalu menjadi segumpal darah selama itu pula, lalu menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan mencatat empat hal yang telah ditentukan, yaitu: rezeki, ajal, amal, dan bahagia atau sengsaranya.”

RUH DI CIPTAKAN

Kapan RUH diciptakan Hanya ALLAH Yang Maha Mengetahui

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, Ruh itu termasuk urusan Tuhanmu. Dan tiadalah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.(Q.S:17:85).



Makhluk yang pertama yang di ciptakan oleh Allah adalah Ruh Muhammad saw. Ia diciptakan daripada cahaya 'Jamal' Allah. Sebagaimana firman Allah di dalam hadis Kudsi "Aku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya Zat Ku".



Nabi Muhammad saw, juga bersabda: "Yang pertama diciptakan oleh Allah ialah ruh ku. Dan yang pertama

diciptakan oleh Allah ialah cahaya ku. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah qalam. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah akal".



Dan dari ruh Muhammad itulah, Allah menciptakan semua ruh di alam 'Lahut' dalam bentuk yang terbaik yang hakiki. Itulah nama seluruh manusia di alam Lahut. Alam Lahut adalah negeri bagi seluruh manusia. Allah menciptakan Arasy dari cahaya zat Muhammad saw. Bagitu juga makhluk lain berazal dari zat Muhammad.

Kidung Di Relung Hati. X

Aku hidup diujung terjal hatimu yang sunyi

Entah sampai kapan aku mampu berdiri disini...

Dan sampai kapan dirimu ingin ada disini...

Waktu tak pernah berkisah tentang sebuah rasa

Hingga ku hanya bisa menatap elegi kisah tak berkata

Suara suara jiwamu menarikku dalam gelisah

Yang membahana bersama deru hasrat yang mendesah

Aku membisu dalam asaku yang semakin semu

Membuat simponi simponi melantun dengan jemu



Waktu mengejarku dalam hari hari tak berhenti

Kucoba tuk menciptakan rasa

Memberi yang mampu kuberi

Apa yang kupunya yang terbaik yang ada

Kuserahkan bersama hasratku untukmu disini

dan bila waktu telah sampai dan memisahkan sebuah hatimu untukku

Aku akan tesenyum dalam dukaku...

Dan ta ada yang kusesali dalam kesedihanku

Karena telah kuberi padamu segala apa yang terbaik yang kupunya dalam hatiku...

Agar dirimu senantiasa mampu terus tersunyum dalam hari harimu..

Dan itu membuat ku bahagia dalam ketiadaanku di sampingmu....

Kidung Di Relung Hati. IX

Mentari membawaku dalam kehampaan diri bersama pagi yang tak lagi berseri

Ah...akhirnya dirimu pergi bersama bias warna dihati...

Sepi hatiku sepi jiwaku bersama cakrawala yang tak lagi biru

lalu bagaimana kepak sayapku untuk menemui bila desirmu ta bisa kuhampiri...?

Ah...hanya kebisuan tersirat dalam senyumku untukmu,

dan sekelumit doa yang ku puja..

Semoga kebahagiaan slalu menemanimu disetiap hembusan nafasmu....

Kidung Di Relung Hati. VIII

Ku Tak akan pernah berharap pada sesuatu yang kuberikan untukmu
Ku tak akan pernah memaksamu untuk tetap disini
Bila dirimu ingin pergi...pergilah...
Ku hanya ingin memberikan sesuatu yang terbaik yang bisa aku lakukan untukmu
Agar dirimu mampu tersenyum bahagia penub tawa dalam hai harimu...

Kidung Di Relung Hati . VII

Ku bisikkan kata pada cakrawala tentang kebisuan jiwa...

Lalu bisik angin menambah sebuah cerita yang tak berkata,

hanya tanda tanda gerak masa yang membentang dari kejauhan sudut waktu yang menatapku dalam kekosongan jiwaku...

Lalu,bagaimana dengan kebisuanku..??

Karna sepi smakin mengusik akan waktu..

Akankah pergi meninggalkan aku disini dalam selimut sepi menghujam hati...?

Ah...aku tak akan pernah megerti nyanyian jiwamu dalam kidung hatiku...

Aku gelisah pada yang akan pergi

Pada waktu yang telah pasti....

Kidung Di Relung Hati. VI

Ketika ada kebisuan di hatimu..

tiada irama yang bernyanyi di kehidupanku

tiada suara suara merdu yang mendayu di jiwaku
Seperti bias warna yang menghilang oleh cahaya yang semu...

Kidung Di Relung Hati. V

Kini dimana ku sandarkan jiwaku

Ketika kepingan hatiku telah pergi berlalu..?

Pada waktukah..?

Sedangkan waktu sendiripun membawaku pada kehampaan...

Lalu dimana..?

Karna hanya pada mu jiwa jiwaku mampu tersenyum
menciptakan rasa,menciptakan asa hingga penuh dengan warna...

Kidung Di Relung Hati. IV

Aku tak pandai merangkai kata indah untuk dirimu

Seperti nada yang sumbang dalam sebuah lagu

Kata kataku terlampau sederhana

Dan nada nadaku terlampau biasa...

Begitu juga tentang rasa yang membias dalam jiwa...

Terlampau sederhana seperti warna warna yang tercipta seketika

Ku hanya ingin dirimu memahami setitik sebuah makna dalam hati
Bahwa dirimu untukku,teramat begitu berarti....

Dalam Sepi Ku Rindu II

Dalam mendungnya awan ku menanti kepak burung merpati membawa berita sang bidadari...

Yang jiwanya telah meluluhkan hatiku yang tlah lama membeku bagai arca dalam lorong yang sunyi..

Aku menanti dengan gundah yang bergejolak tiada henti merontak hati..

Risau aku dalam menanti sepi dalam sendiri...

Sedangkan waktu terus berdetak mendekap cermin hati...
Yang telah lama retak tertikam tirani...

Dalam Sepi Ku Sendiri

Hampa...

sirna...

Tiada...

Ah...rasa binasa

Dalam gelap yg gulita

Malam tak membias cahya..tak kulihat nyata...

Sendiri dalam cakrawala...meredam akan rasa

Kembali kudisini
Sendiri menyepi dibalut malam yg sepi...

Tentang Keyakinan

Kenapa harus berpaling dari sebuah kebenaran yang sesungguhnya kamu yakini..?

Kehidupan itu penuh duri disetiap jalan yang akan kita lalui..

Sudah sebuah keharusan untuk melangkah dengan hati hati...dan,

Butuh keteguhan dalam hati untuk bertahan pada keyakinan diri

Bila tidak,kita akan terjebak pada satu sisi gelap yang menyiksa hati
Yang akan membawa diri kita pada kenistaan yang hakiki.....

Dimana ku cari arti...

Berawal aku terkubur dalam tirani hati

yang membawa diri pada segara sepi

Sudah lelah aku dalam mencari

Namun tak pernah jua kutemui sebuah arti...

Butakah aku hingga tak mampu melihat kias yang membias...?

Atau dungukah aku hingga tak pandai mengurai tafsir yang mendesir..?

Lalu dimana aku harus mencari arti dalam hati
Bila aku sendiri buta akan ilmu yang hakiki..?